Sayyiduna Abu Bakar al-Shiddiq RA mengatakan, ''Ada tiga hal yang tidak bisa dicapai dengan tiga hal lainnya (melainkan hanya dengan izin Allah): yaitu kekayaan tidak bisa dicapai dengan cita-cita semata; keremajaan tidak akan dapat dicapai dengan disemir semata; dan kesehatan tidak akan dapat dicapai dengan obat-obatan semata.''
Dengan kata lain, dapat disebutkan kekayaan tidak dapat dicapai dengan cita-cita, melainkan karena anugerah Allah semata. Keremajaan tidak dapat dikembalikan dengan menyemir rambut yang beruban dan tindakan lainnya, sebab berkaitan dengan usia, sedangkan usia berkaitan dengan zaman dan zaman itu tidak dapat dimundurkan.
Begitu pula halnya dengan kesehatan, ia tidak dapat diraih dengan memakai obat-obatan bila orang yang bersangkutan jatuh sakit, melainkan yang menyembuhkannya pada hakikatnya adalah Allah semata.
Kita hanya dianjurkan untuk berikhtiar, sedangkan yang menentukan hasilnya adalah Allah. Jadi, apa yang dapat kita sombongkan? Apa yang membuat kita takabur? Apa yang menjadikan kita membanggakan diri? Kalau toh itu semua, pada hakikatnya bukan milik kita.
Itu semua hanya karunia Allah. Di sinilah hakikat bersyukur. Bersyukur artinya kita menyadari semua kekayaan, harta yang melimpah ruah, masa remaja, kesehatan, dan sebagainya merupakan anugerah Allah.
Dalam hal ini, berlaku "matematika" syukur; apabila kita bersyukur, niscaya Allah akan menambahkan nikmat yang diberikan-Nya kepada kita. Sebaliknya kalau kita kufur, kita akan mendapat adzab yang pedih. Allah berfirman, ''Maka, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nilmat)-Ku. (QS Al-Baqarah [2]: 152).
Semoga, kita menjadi hamba Allah yang pandai mensyukuri nikmat-Nya dan bukan seseorang yang hanya bisa mengingkari nikmat-Nya. Ingatlah, sebagaimana nasihat sahabat Nabi, Abu Bakar RA, bahwa kekayaan, keremajaan atau masa muda, dan kesehatan itu dapat kita capai semata-mata dengan izin Allah.
https://khazanah.republika.co.id/berita/pv736b458/tiga-nikmat-yang-kadang-tak-disadari